Padangpanjang-- ISI Padangpanjang menjadi rujukan pembelajaran budaya oleh berbagai perguruan tinggi lainnya. Seperti salah satunya Fakultas ilmu Administrasi Universitas Lancang Kuning Riau. Mereka berkunjung ke kampus yang terletak di Jl Bundo Kanduang, Kamis (2/5).
Dalam kunjungan ini, sekitar 30 orang mahasiswa dari Lancang Kuning dipimpin oleh Aguswan sebagai dosen pembimbing. Rombongan langsung disambut di rektorat ISI Padangpanjang oleh Pembantu rektor III Firdaus dan dosen senior Zulkifli.
Aguswan mengatakan, kunjungan kali ini adalah bagian dari rangkaian study lapangan ke Sumbar dalam rangka mempelajari pola pengelolaan pemerintah nagari.
“Di ISI Kita berharap bisa mendapatkan pencerahan-pencerahan tentang apa itu nagari dalam sudut pandang budaya,” katanya.
Ia juga berharap agar kunjungan ini dapat berlanjut pada kerjasama yang lebih jauh antara dua perguruan tinggi.
“Mahasiswa kami sangat tertarik untuk melakukan berbagai telaah tentang tata kelola lembaga pemerintahan adat. ISI Padangpanjang kami pilih karena telaah-telaah budaya tentu lebih banyak dilakukan disini. Proses transformasi pengetahuan cdari pengajar di sini kepda mahasiswa kami adalah penyeimbang dari apa yang mereka dapatkan dari kami dan apa yang mereka lihat di lapangan” sebutnya.
Proses transformasi bersama hari itu tidak hanya diikuti oleh para mahasiswa Universitas Lancang Kuning saja tetapi juga mahasiswa ISI Padangpanjang sendiri. Acara yang dilaksanakan terkonsep sebagai acara Seminar dan Lokakarya bersama.
Dalam paparannya, Zulkifli mengatakan bahwa Nagari merupakan tingkat pemerintahan terdepan selain Jorong dan Korong saat ini di Sumbar. Istilah nagari hanya di pakai di Kabupaten. Namun, disayangkan, belum semua kawasan yang dilabeli sebagai nagari memenuhi tuntutan adat untuk menjadi nagari itu sendiri.
“Nagari dipimpin oleh kapalo nagari atau walinagari. Polanya dulu sempat diatur oleh Belanda. Dan sekarang nagari diupayakan untuk kembali pada pola aslinya, dengan melibatkan partisipasi seluruh unsur pemimpin adat,” sebutnya.
Tampil sebagai pembicara berikutnya Aguswan memaparkan permasalahan-permasalahan yang meliputi pengelolaan desa dan nagari berdasarkan penelitian yang pernah ia laksanakan pada tahun 2018.
Menurut hasil penelitian tersebut, pemerintahan desa di riau dan nagari di Sumbar belum berhasil melibatkan masyarakat untuk melaksanakan pembangunan secara partisipatif.
“Hal ini karena para walinagari atau kepala desa itu malah merasa sebagai raja kecil ketika ia terpilih. Sehingga motivasinya untuk merangkul semua unsur itu tidak kuat,” katanya.
Sedianya, kata Aguswan suara dari bawah bertemu dengan visi dan misi pemimpin. Tetapi hal ini sulit sekali diwujudkan. Penyebab dasarnya, kata Aguswan terletak pada pola komunikasi yang tidak terbangun dengan baik.
"Hal ini semakin menyulitkan pengembangan potensi nagari yang pada dasarnya membutuhkan partisipasi semua pihak yang ada di nagari,” katanya.
Diwawancarai terpisah, rektor ISI Padangpanjang Novesar Jamarun berharap agar kegiatan bersama yang digelar ini dapat memberi dampak positif bagi kedua belah pihak di masa depan.
“Di satu sisi, ISI Padangpanjang memiliki SDM yang berkonsentrasi dengan seni dan budaya. Sementara, Fakultas Administrasi Unviersitas Lancang kuning tentu punya SDM yang berkecakapan terkait tata kelola atau manajerial. Apabila keilmuan keduanya saling bersingkronisasi maka akan terwujud berbagai kerja bersama yang baik untuk pembangunan ditengah masyarakat,” katanya.
Selain lokakarya dan seminar, kerjasama antar perguruan tinggi dapat terwujud lewat program pengabdian masyarakat dan penelitian.
“Kita sangat terbuka bagi berbagai tawaran kerjasama dari perguruan tinggi lain di luar ISI Padangpanjang. Sejauh itu sesuai dengan aturan yang berlaku, insyaallah kita akan selalu support,” sebutnya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar