Padangpanjang - Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang berhasil menduduki peringkat ke 85 dari 100 perguruan tinggi terbaik di Indonesia versi Kemenristek Dikti. Pengumuman yang ini dirilis di situs resmi www.ristekdikti.go.id.
Klasterisasi ISI Padangpanjang pada pengumuman tersebut digolongkan pada perguruan tinggi non vokasi. Di bawah ISI Padangpanjang ditempati Universitas Pelita Harapan, sementara di atasnya ada Universitas Merdeka Malang.
“Ini pencapaian luar biasa oleh semua civitas akademika kita, berkat kerja keras bersama, alhamdulillah kita mendapat berkah berada di posisi 85 dari 100 perguruan tinggi terbaik non vokasi dari Kemenristek Dikti,” sebut rektor ISI Padangpanjang Novesar Jamarun.
Dikatakannya, keberhasilan ini bakal mendatangkan banyak keuntungan bagi ISI Padangpanjang.
“Kita berharap, lewat prestasi ini akan semakin banyak perhatian yang diberikan pemerintah pusat dalam hal ini kementrian Ristek Dikti terhadap ISI Padangpanjang. Baik dalam hal pembiayaan, pembangunan dan tentu saja dalam peluang-peluang seperti beasiswa bagi pengajar dan lain sebagainya,” sebut Noversar Jamarun.
Namun, ditekankannya prestasi ini justru harus menjadi pelecut semangat bagi semua kalangan di kampus berstatus negeri yang punya segudang talenta seni ini.
“Kami berharap, baik dosen maupun mahasiswa serta tenaga kependidikan akan semakin memacu semangat kerja, meningkatkan disiplin, menjaga ritme kebersamaan serta makin aktif serta kreatif dalam berkarya,” katanya.
Dalam rilis resminya, pihak Kemenristek-Dikti menilai 100 perguruan tinggi tersebut berdasarkan aspek Sumber Daya Manusia (25%), Kelembagaan (28%), Kemahasiswaan (12%), Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (30%) dan Inovasi (5%).
Penilaian berlangsung cukup ketat, lantaran tiap aspek juga memiliki sub-sub penilaian yang lebih detail lagi. Misalnya untuk aspek Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat yang mendapat porsi terbesar, terdapat sub penilaian kinerja penelitian, kinerja pengabdian pada masyarakat dan jumlah artikel ilmiah terindeks per jumlah dosen.
Sementara itu, sumber data klasterisasi didapatkan dari Ditjen Belmawa, Ditjen Penguatan Risbang, PD Dikti dan BAN PT. Disinggung terkait persaingan antar perguruan tinggi seni dalam penilaian ini, rektor mengatakan bahwa pada hakikatnya tidak ada sesama ISI atau ISBI yang dianggap sebagai pesaing.
“Kita tidak perlu menganggap ini sebagai persaingan. Penilaian ini justru kita maknai sebagai hasil kerja internal. Jadi, tidak perlu memperbandingkan diri. Kita harus memacu semangat bersama, itu intinya,” kata rektor. (Fadhli)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar